Ramadhan Bulan Kembali Hidup dalam Hidayah Al-Qur’an

Oleh Dr. Tamrin, M.Ag.*
Hidayah dalam maknanya berarti al-rasyad, bimbingan dan dapat pula bermakna al-dalalah, petunjuk. Dalam Alquran, hidayah dapat ditemui pada lafadz al-Huda dalam 85 pengungkapan dengan makna dan lingkup yang berbeda. Hidayah dalam makna luas meliputi kepada seluruh makhluk ciptaan Allah SWT, dalam surah Thaha ayat 50, nabi Musa as mengakui keberadaan Allah SWT sebagai pencipta sekaligus memberikan petunjuk (hidayah) kehidupan kepada seluruh ciptaanNya. Dialog dalam ayat ini berisi antara penguasa dunia dan utusan Allah SWT untuk menyadarkan eksistensi diri yang sebenarnya untuk menyatakan kepada pemimpin zalim bahwa semua berada di atas kehendak-Nya dan telah memberikan porsi sesuai dengan kebutuhan dan tugasnya dan tidak boleh melampaui. Dalam makna lain dapat dipahami bahwa Allah SWT telah memberikan kepada semua makhluk dalam melangsungkan dan kemashalahan selama hidupnya di dunia. Makhluk dalam penciptaannya diberikan petunjuk secara alami secara langsung.
Ketika manusia diberikan kenikmatan untuk memandang jagat alam raya dan pandangan mata hatinya akan menemukan pengaruh keMahakuasaan, menemukan kemahapenciptaan dan keMahapengaturan Allah SWT dalam setiap makhluknya. Tidak ada yang luput dari hidayah Allah SWT walau sekecil makhluk tersebut, bahkan yang dianggap manusia sebagai musuh, virus. Semua makhluk tersebut bekerja dalam batas sunnatullah dan dalam situasi yang serasi dan penuh keteraturan. Bahwa setiap benda masih menyisakan banyak hal yang harus dipikirkan oleh manusia, seperti karakteristik, tugas, jenis penyakit serta cara mengobatinya. Atha-Thabathaba’i menyebut bagian dalam Hidayah takwiniyyah, hidayah Allah yang berkaitan dengan urusan penciptaan. Hidayah yang diberikan kepada semua makhluk sepesiesnya masing-masing, seperti petunjuk kepada kesempurnaan atau perbuatan masing-masing jenis makhluk dan hal-hal yang telah ditentukan untuknya.
Hidayah dalam lingkup maknanya sebagai penjelasan dan keterangan terhadap jalan terbaik dan terburuk, hingga kepada jalan menuju keselamatan dan jalan kebinasaan. Dalam makna ini hidayah Allah SWT berisi petunjuk bersifat umum dan tidak terinci. Dalam Alquran dapat ditemukan petunjuk tersebut kepada bangsa Tsamud. “Adapun kaum Tsamud, mereka telah Kami beri petunjuk, tetapi mereka lebih menyukai kebutaan (kesesatan) daripada petunjuk” (QS Fushshilat: 17). Hidayah yang diberikan kepada manusia tersebut merupakan jalan kebaikan menuju keselamatan sempurna, tetapi sebagian mereka mengabaikan petunjuk tersebut. Hidayah Tasyri’iyyah, ialah hidayah Allah yang berkaitan dengan urusan syari’at, yakni petunjuk pada akidah yang benar dan amal shaleh.
Wahbah az – Zuhaili berpendapat bahwa Allah swt. Memberikan lima macam hidayah kepada manusia untuk mencapai kebahagiannya, hidayah al-ilham al-fitr. Hidayah ilham yang bersangkutan sifat fitri. Hidayah ini diberikan kepada anak sejak kelahirannya. Anak merasa butuh untuk makan dan minum. hidayah al-hawas. Hidayah indera. Ini untuk melengkapi hidayah pertama. Kedua hidayah ini dimiliki baik oleh manusia maupun hewa. Bahkan ada binatang yang mulanya lebih sempurna daripada manusia, sebab ilham pada binatang telah sempurna hanya beberapa saat setelah bertahap. hidayah al-‘aql. Hidayah intelektual. Keempat, hidayah ad-din. Hidayah agama. Hidayah al-ma’unah wa at-taufiq. Hidayah pertolongan untuk menempuh jalan kebajikan dan keselamatan.
Demikian pula hidayah Allah SWT merupakan sebab atau syarat berisi tentang berbagai hal, mulai dari masalah ibadah, amaliyah (perbuatan) manusia, hari akhir, kisah-kisah umat terdahulu, kitab-kitab Allah yang diturunkan kepada rasul-rasul-Nya, sejarah, serta ilmu pengetahuan.
Ramadhan sebagai bulan diturunkkannya Alquran memberi inspirasi ragam kebaikan untuk mencapai hidayah Allah SWT secara sempurna. Hidayah atau petunjuk Allah SWT dalam Alquran menjadi salah satu pangkal dari segala kebaikan seseorang dalam kehidupannya. Jadi, tidak ada manusia di muka bumi ini yang bisa menggapai kebaikan-kebaikan dalam hidupnya tanpa petunjuk dari Allah.
Meraih hidayah dapat ditemukan dalam diri bila mampu mengenal dan membedakan kebaikan serta keburukan. Human ability ini sesungguhnya diberikan oleh Allah kepada semua manusia baik melalui nalar berpikir maupun melalui bayyinat dari para Nabi dan Rasul Allah. Seperti pada kaum terdahulu. Bangsa terdahulu ada yang mengimani bahkan tidak sedikit menolak kebenaran itu. Tsamud dan juga kaum ‘Ad, pada mulanya telah diberikan hidayah oleh Allah, tetapi mereka lebih suka memilih kesesatan daripada petunjuk Tuhan. “Dan adapun kaum Tsamud, mereka telah Kami beri petunjuk tetapi mereka lebih menyukai kebutaan (kesesatan) daripada petunjuk itu, maka mereka disambar petir sebagai azab yang menghinakan disebabkan apa yang telah mereka kerjakan” (QS Fushshilat: 17). Kedua, Hidayah dapat berwujud dalam hidup seseorang berupa peningkatan kualitas hidup manusia yang terus membaik dari waktu ke waktu. Kualitas hidup itu meliputi kualitas iman, ilmu, dan kerja. Menurut Al-Ghazali, inilah hidayah seperti yang disebut dalam ayat berikut ini: ‘‘Dan orang-orang yang mendapat petunjuk, Allah menambah petunjuk kepada mereka dan memberikan kepada mereka (balasan) ketakwaannya” (QS Muhammad: 17). Ketiga, hidayah Allah diwujudkan dalam spiritual enlightenment. Orang yang memperolehnya, ia mencapai tingkat kesempurnaan dan kematangan jiwa (kamalat nafsiyah). Ramadhan akan menghantar bagi orang beriman memiliki pikiran dan jiwa terang dalam kebenaran ilahiyah. (wallahu a’lam)
* Sekretaris MUI Sulawesi Tengah