KHUTBAH JUM’AT: AMALIAH HARIAN UNTUK LEBIH DEKAT DENGAN RASULULLAH SAW

Khutbah Pertama
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَنْعَمَ عَلَيْنَا بِنِعْمَةِ الْإِيمَانِ وَالْإِسْلَامِ، وَجَعَلَنَا مِنْ أُمَّةِ سَيِّدِ الْأَنَامِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِينَ. أَمَّا بَعْدُ،
فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ، أُوصِيكُمْ وَإِيَّايَ أَوَّلًا بِتَقْوَى اللَّهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُونَ. قَالَ تَعَالَى: ﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ﴾ (آل عمران: ١٢٠)
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Bulan Rabi‘ul Awal adalah bulan penuh berkah, bulan di mana Rasulullah saw. dilahirkan sebagai rahmat bagi seluruh alam. Firman Allah swt dalam Surah Al-Anbiya ayat 107:
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ
“Dan tidaklah Kami mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam.” (QS. Al-Anbiya: 107).
Dalam kesempatan khutbah kali ini, marilah kita jadikan momentum bulan kelahiran Nabi saw. untuk memperkuat amaliah harian kita. Amaliah yang sederhana namun penuh makna, agar kita semakin dekat dengan beliau dan mendapat syafaatnya di yaumil qiyamah.
Pertama, membiasakan membaca shalawat.
Rasulullah saw bersabda:
مَنْ صَلَّى عَلَيَّ وَاحِدَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا
“Barangsiapa yang bershalawat kepadaku sekali, Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh kali.” (HR. Muslim).
Shalawat bukanlah sekadar lantunan doa yang menambah pahala, tetapi ia adalah ikatan cinta, jembatan ruhani, dan cahaya yang menghubungkan hati kita dengan junjungan mulia, Nabi Muhammad saw. Di setiap butir shalawat, ada kerinduan yang mendalam, ada pengakuan cinta seorang hamba kepada utusan Allah yang menjadi rahmat bagi seluruh alam.
Di tengah derasnya arus modernitas, ketika bising kendaraan menutup telinga dan hiruk pikuk kota menguras jiwa, masih ada hati-hati yang lembut yang menemukan ketenangan dengan bershalawat. Anak-anak muda muslim, dengan penuh kesadaran, menjadikan shalawat sebagai zikir harian mereka.
Saat tangan mereka memegang kemudi, lidah mereka basah menyebut nama Nabi saw. Di jalanan yang padat, di tengah lampu merah dan deru mesin, hati mereka justru menemukan kedamaian, karena setiap shalawat menghadirkan kehadiran Rasulullah saw di ruang batin mereka.
Shalawat menyalakan lentera iman di tengah kegelapan zaman. Ia melunakkan hati yang keras, menenangkan jiwa yang resah, dan menuntun langkah yang gundah. Bahkan ketika dunia menawarkan hiburan semu yang melalaikan, shalawat justru menghidupkan kesadaran bahwa cinta sejati adalah cinta kepada Rasul, yang akan mengantarkan pada cinta Allah.
Kedua, membaca Al-Qur’an setiap hari.
Rasulullah saw bersabda:
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ
“Sebaik-baik kalian adalah yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari).
Membaca Al-Qur’an setiap hari bukanlah sekadar rutinitas ibadah, melainkan tanda cinta yang hidup kepada Rasulullah saw. Sebab, Al-Qur’an adalah amanah terbesar yang beliau wariskan, cahaya abadi yang dipikul dari langit untuk menuntun manusia keluar dari kegelapan.
Maka, menjadikan Al-Qur’an sebagai teman harian, dibaca di pagi yang bening, di sela hiruk pikuk siang, atau menjelang malam yang hening, adalah bukti nyata cinta seorang muslim kepada Nabi saw. Sebab bagaimana mungkin seorang pecinta mengabaikan pesan terakhir dari kekasihnya? Bagaimana mungkin seorang yang rindu Rasulullah saw berpaling dari kalam Allah yang beliau perjuangkan sepanjang hidupnya?
Membaca Al-Qur’an setiap hari adalah cara hati berbisik: “Wahai Rasulullah, kami mencintaimu. Kami menjaga warisanmu. Kami ingin dekat denganmu.” Dan di saat itulah, cinta kita tidak berhenti di bibir, tetapi menjelma menjadi amal yang akan mengikatkan kita kepada syafaat Nabi saw di hari akhir nanti.
Ketiga, menjaga akhlak mulia.
Rasulullah saw bersabda:
إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الْأَخْلَاقِ
“Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR. Ahmad).
Kisah singkat masa Nabi saw., beliau selalu tersenyum bahkan kepada orang yang menyakitinya. Hari ini, banyak relawan kemanusiaan muslim yang meneladani akhlak beliau, tersenyum ikhlas saat membantu korban bencana di negeri ini.
Menjaga akhlak mulia adalah tanda cinta yang paling indah kepada Rasulullah saw. Sebab beliau tidak datang membawa harta, tidak pula meninggalkan istana, tetapi meninggalkan warisan akhlak yang agung. Allah swt sendiri memuji beliau dengan firman-Nya:
وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ
“Dan sesungguhnya engkau (wahai Muhammad) benar-benar berada di atas akhlak yang agung.” (QS. Al-Qalam: 4)
Maka, setiap kali seorang muslim menahan amarahnya, memaafkan kesalahan saudaranya, menebar senyum pada sesama, atau menyantuni yang lemah, saat itu ia sedang meneladani Nabi saw. Itulah cinta yang tidak berhenti pada kata, melainkan hidup dalam sikap dan perbuatan.
Menjaga akhlak mulia berarti merawat cahaya kenabian di dalam diri. Sebab, Nabi saw pernah bersabda: “Sesungguhnya aku diutus tidak lain kecuali untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” Maka, siapa yang ingin dekat dengan Rasulullah saw di surga, hendaklah ia menata hatinya, memperindah lisannya, dan memperhalus perilakunya.
Cinta sejati kepada Nabi saw bukan sekadar kerinduan yang terucap dalam doa, tetapi kesungguhan menapak jejak beliau dalam akhlak sehari-hari. Dengan akhlak mulia, seorang hamba menunjukkan bahwa ia benar-benar mencintai Rasulullah saw—cinta yang kelak akan mempertemukan kembali di telaga Al-Kautsar, dalam naungan syafaatnya yang agung.
Keempat, berdoa dan berdzikir setiap hari.
Allah berfirman dalam QS. Ar-Ra’d ayat 28:
أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“Ketahuilah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang.”
Dzikir sederhana, seperti tasbih, tahmid, dan takbir, membuat hati kita damai. Banyak pekerja muslim di tengah tekanan dunia kerja modern yang menemukan ketenangan dengan berdzikir saat istirahat, alih-alih mengeluh.
Kelima, berbuat baik kepada sesama.
Rasulullah saw bersabda:
خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR. Thabrani).
Di masa kini, banyak komunitas muslim yang menyalurkan donasi online, menolong fakir miskin, dan memberi makanan untuk dhuafa. Semua itu adalah cerminan dari ajaran Nabi saw.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Marilah kita jadikan amalan-amalan ini sebagai rutinitas harian agar semakin dekat dengan Rasulullah saw, meneladani beliau dalam kehidupan modern, dan berharap syafaatnya kelak di akhirat.
بَارَكَ اللَّهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ.
أَقُولُ قَوْلِي هَذَا، وَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ الْعَظِيمَ لِي وَلَكُمْ، وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ.
(Penulis: Ust. Mokh. Ulil Hidayat)