MUI SultengTausiah

Rizqimu Tahu Di Mana Engkau Berada (Sebuah Renungan)

Oleh Habib Sayyid Ali Bin Muhammad Aljufri, M.A.*

بسم الله والصلاة والسلام على رسول الله محمد بن عبد الله و على آله وصحبه أجمعين اللهم صل وسلم وبارك و كرم و اعظم على سيدنا وحبيبنا محمد وعلى آله وأصحابه و التابعين لهم بإحسان إلى يوم الدين

Renungan hari ini untuk semua sanak saudara, teman-teman serta Muslimin dan Muslimat

“Mungkin engkau tak tahu di mana rizqimu. Tetapi rizqimu tahu di mana engkau berada. Dari langit, laut, gunung, dan lembah Rabb-mu memerintahkannya menujumu.

Allah berjanji menjamin rizqimu. Karena itu, melalaikan ketaatan kepada-Nya demi mengkhawatirkan apa yang sudah dijamin-Nya adalah kekeliruan berganda. Tugas kita bukan mengkhawatirkan rizqi atau bermuluk cita memilikinya, melainkan menyiapkan jawaban “Dari Mana” dan “Untuk Apa” atas tiap karunia-Nya.

Betapa banyak orang bercita menggenggam dunia. Dia alpa, bahwa hakikat rizqi bukanlah yang tertulis dalam angka, tetapi apa yang dinikmatinya. Betapa banyak orang bekerja membanting tulangnya, memeras keringatnya, demi angka simpanan gaji yang mungkin esok pagi ditinggalkannya (mati).

Amat keliru jika bekerja dimaknai sebagai mentawakkalkan rizqi pada perbuatan kita. Bekerja itu bagian dari ibadah. Sedang rizqi itu urusan Allah. Kita bekerja untuk bersyukur, menegakkan taat dan berbagi manfaat. Tapi rizqi tak selalu terletak di pekerjaan kita. Allah menaaruh sekehendak-Nya.

Bukankah Siti Hajar berlari tujuh kali bolak-balik dari Shafa ke Marwa; tapi Zam-zam justru terbit di kaki Ismail, bayinya?

Ikhtiar itu perilaku perbuatan. Adapun rizqi itu kejutan. Ia kejutan untuk disyukuri hamba yang bertaqwa. Datang dari arah tak terduga. Tugas kita cuma menempuh jalan halal. Allah-lah yang melimpahkan bekal.

Sekali lagi. Yang terpenting di tiap kali kita meminta dan Allah memberi karunia. Jaga sikap saat menjemputnya dengan kesyukuran dan jawab pertanyaan-Nya, “Buat apa?”

Betapa banyak yang merasa memiliki manisnya dunia. Lupa bahwa semua ini hanyalah “hak pakai” yang halalnya akan dihisab dan haramnya akan di’adzab.

Dengan itu kita mohon “Ihdina al-Shirath al-Mustaqim“; petunjuk ke jalan orang yang diberi nikmat ikhlas di dunia dan nikmat ridha-Nya di akhirat. Bukan jalannya orang yang terkutuk apalagi jalan orang yang tersesat.

Saudara dan saudariku serta handai taulanku pada bulan yang mulia ini berbagilah antar sesama jika punya kemampuan, berilah yang Anda mampu, bagi yang mempunyai kewajiban tunaikanlah kewajiban (zakat) karena tanpanya ibadah shalat anda tidak akan tertunai kelak di hari kemudian. Lakukanlah sebagai tanda kesyukuran bukan sebagai beban.

Selamat berpuasa. Semoga amal ibadah kita semua diterima oleh Allah SWT dan termasuk orang yang terlepas dari api neraka jahanam. Maka segala puji hanya bagi Allah; hanya dengan nikmatNya-lah maka kesempurnaan menjadi paripurna”. Aamiin Ya Rabbal Alamin.

* Ketua Umum MUI Sulawesi Tengah

Berita Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker