Berburu Malam Seribu Bulan di Tengah Gempuran Wabah
Oleh M. Nurdin Zuhdi*
Di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan ini, umat Islam di seluruh penjuru dunia sedang berburu malam paling sakral dan paling mulia yaitu malam yang disebut dengan malam Lailatul Qadr. Disebut malam paling sakral karena di dalamnya diturunkan Al-Qur’an: “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (permulaan Al-Qur’an) pada malam yang mulia.” (QS. Al-Qadr [97]: 1). Allah kemudian bertanya: “Dan tahukah kamu apa malam yang mulia itu?” (QS. Al-Qadr [97]: 2). Disebut malam paling mulia karena di dalamnya terdapat satu malam yang bobotnya melebihi seribu bulan: “Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.” (QS. Al-Qadr [97]: 3).
Apakah Malam Lailatul Qadr itu?
Menurut Imam Al-Nawawi Lailatul Qadr artinya malam penghakiman dan penegasan (dalam urusan manusia). Sehingga pada Surat Al-Qadr disebutkan bahwa “Pada malam itu, turun para malaikat dan ruh (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan.” (QS. Al-Qadr [97]: 4). Para ulama menyeutkan bahwa urusan manusia ini berkaitan dengan keberkahan hidup, seperti rezeki, umur, dan hal-hal penting lainnya. Ada yang mengatakan bahwa arti ‘Qadr‘ sebagai ‘kekuatan’ yang menunjukkan kebesaran kehormatan dan kekuatan malam itu. Bahwa perbuatan baik yang dilakukan pada malam itu jauh lebih kuat dari pada malam-malain lainnya. Bahkan lebih baik dari malam seribu bulan. Di dalam surat Al-Qadr juga disebutkan bahwa malam itu penuh dengan kesejahteraan: Sejahteralah malam itu hingga terbit fajar.” (QS. Al-Qadr [97]: 5). Sejahtera dalam arti malam itu penuh dengan kemuliaan dan semua doa yang dipanjatkan didengar dan dikabulkan (QS. Al-Baqarah [2[: 186)
Ada pesan penting di balik angka “1000 bulan” ini. Jika 1000 bulan dibagi ke dalam 12 bulan, maka jatuhnya adalah 83 tahun. Itu artinya, jika kita mendapatkan malam Lailatul Qadr, artinya kita akan mendapatkan kemuliaan ibadah yang kualitasnya melebihi ibadah sepanjang hidup. Karena usia umat Islam berdasarkan hadis nabi rata-rata hanya antara 60 sampai 70 tahun. Nabi Bersabda: “Umur umatku antara enam puluh sampai tujuh puluh tahunan. Dan sangat sedikit di antara mereka yang melewati itu.” (H.R Tirmidzi). Hal ini semakin diperkuat dengan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2019 yang menyatakan bahwa usia harapan hidup di Indonesia adalah laki-laki 69 tahun dan perempuan 74 tahun. Jika kita bisa mendapatkan malam kemuliaan ini, maka artinya bobot atau kualitas ibadah yang kita lakukan pada malam itu dinilai lebih baik dari pada ibadah yang kita lakukan selama 83 tahun atau sepanjang hidup. Sebab itu, malam ini disebut malam yang lebih baik dari seribu bulan.
Kapankah Waktunya?
Berdasarkan hadis shahih para ulama sepakat bahwa malam Lailatul Qadr jatuh di 10 hari terakhir bulan Ramadhan. Hal tersebut berdasarkan hadis-hadis sebagai berikut:
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْوِتْرِ مِنَ الْعَشْرِ اْلأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ – أخرجه البخاري
“Dari Aisyah ra, bahwa Rasulullah saw bersabda: Carilah lailatul qadr pada tanggal-tanggal ganjil dari sepuluh akhir bulan Ramadan.” [ditalhrijkan oleh al-Bukhari, I, Kitab al-Tarawih, hal. 225]
عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا أَنَّ رِجَالاً مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُرُوا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْمَنَامِ فِي السَّبْعِ اْلأَوَاخِرِ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَرَى رُؤْيَاكُمْ قَدْ تَوَاطَأَتْ فِي السَّبْعِ اْلأَوَاخِرِ فَمَنْ كَانَ مُتَحَرِّيَهَا فَلْيَتَحَرَّهَا فِي السَّبْعِ اْلأَوَاخِرِ – أخرجه مسلم
“Dari Ibnu Umar ra, bahwa beberapa orang laki-laki diberitahu lailatul qadr dalam mimpi pada tujuh terakhir (Ramadan), lalu Rasulullah saw bersabda: Saya melihat mimpimu sekalian bertepatan dengan malam tujuh terakhir, barangsiapa mencarinya, maka carilah ia pada malam tujuh terakhir”. [ditakhrijkan oleh Muslim, No. 205/1165]
قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَحَيَّنُوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْعَشْرِ اْلأَوَاخِرِ أَوْ قَالَ فِي التِّسْعِ اْلأَوَاخِرِ – أخرجه مسلم
“Dari Ibnu Umar ra, ia berkata: Rasulullah saw bersabda: Tunggulah lailatul qadr pada sepuluh akhir (bulan Ramadan) atau sembilan akhir.” [ditakhrijkan oleh Muslim, No. 211/1165]
Hadis-hadis tersebut hanya menjelaskan bahwa Rasulullah saw. menganjurkan agar umat Islam mencari Lailatul Qadr pada sepuluh terakhir atau sembilan akhir atau tujuh akhir bulan Ramadhan. Memnag tidak ada keterangan spesifik tentang tanggalnya. Namun mayoritas ulama mengatakan bahwa malam ganjil yang dimaksud adalah antara tanggal 21, 23, 25, 27 dan 29. Tidak adanya keterangan yang jelas tanggal turunnya Lailatul Qadr ini mengindikasihkan bahwa umat Islam diperintahkan untuk mengisi dengan penuh sepuluh hari terakhir dengan ibadah, bukan hanya pada tanggal-tanggal tertentu saja. Dengan kita mengisi penuh sepuluh hari terakhir dengan ibadah, maka dipastikan kita tidak akan melewatkan malam mulia tersebut.
Amalan Memburu Lailatul Qadr
Banyak amalan yang bisa dikerjakan untuk mengisi sepuluh hari terakhir dalam berburu Lailatul Qadr. Pertama, iktikaf. Iktikaf adalah berdiam diri di dalam masjid dalam rangka taqarrab ilallah (mendekat kepada Allah) bisa diisi dengan berbagai mancam ibadah, seperti shalat sunnah, baca Al-Qur’an, dizikir, baca buku, kajian online dan lain-lainnya. Karena Ramadhan tahun ini berbarengan dengan pandemik Covid-19 maka iktikaf dharurat bisa dilakukan di rumah, yaitu di mushola atau tempat yang biasa digunakan untuk shalat di rumah.
Kedua, menghidupkan malam. Adapun yang dimaksud menghidupkan malam adalah menjadikan malam tersebut untuk ibadah. Bukan untuk tidur atau untuk hal-hal yang tidak ada manfaatnya, seperti nonton TV, begadang dan lain-lainnya.
Nabi saw. bersabda:
إِذَا دَخَلَا لْعَشْرُشَدَّ مِئْزَرَهُ، وَأَحْيَا لَيْلَهُ، وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ
“Apabila Nabi memasuki sepuluh hari terakhir, beliau mengencangkan sarungnya, menghidupkan malam dan membangunkan keluarganya.” (HR. Bukhari & Muslim).
Nabi saw. juga bersabda:
مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa menghidupkan malam Lailatul Qadr (dengan beribadah) karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR Bukhari).
Ibadah yang dilakukan adalah seperti yang dilakukan pada saat iktikaf sebagaimana disebutkan di atas. Ibadah yang dilakukan pada sepuluh hari terakhir ini harus lebih baik dari pada ibadah-ibadah yang dilakukan pada malam-malam sebelumnya.
Nabi saw. bersabda:
يَجْتَهِدُ فِى الْعَشْرِالأَوَاخِرِمَالاَيَجْتَهِدُ فِىغَيْرِهِ
“Rasulullah sangat bersungguh-sungguh pada sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan, melebihi kesungguhan beliau di waktu yang lainnya.” (HR. Muslim).
Makna sungguh-sungguh yang dimaksud adalah lebih khusyu’, lebih lama shalat-shalat sunnahnya, lebih banyak baca Al-Qur’annya, lebih panjang dzikirnya dan lainnya-lainnya. Berkaitan dengan dzikir apa yang harus di baca, Ummul Mukminin Aisyah radhiallahu ‘anha pernah bertanya kepada baginda Nabi.
قُولِى اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَأَيْتَ إِنْ عَلِمْتُ أَىُّ لَيْلَةٍ لَيْلَةُ الْقَدْرِ مَا أَقُولُ فِيهَا قَالَ : قُولِى اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّى
“Wahai Rasulullah, andai aku mengetahui bahwa aku mendapatkan malam Lailatul Qadar, apa yang seyogyanya aku ucapkan?” Beliau menjawab, “Katakanlah: ‘Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘anni’ (Ya Allah sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf yang menyukai permintaan maaf, maafkanlah aku).” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Ketiga, memperbanyak doa. Berdoa di bulan Ramadhan memiliki keistimewaan jika dibandingkan dengan berdoa di bulan-bulan lainnya. Apa lagi ini disepuluh hari terakhir. Karena doa yang dipanjatkan di bulan penuh rahmat dan ampunan ini lebih di dengar dan dikabulkan. Di dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 186 disebutkan bahwa: “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Nabi Muhammad) tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran”.
Banyak doa yang bisa kita panjatkan, seperti doa mohon ampunan sebagaimana hadis dari Ummul Mukminin Aisyah di atas; doa kebaikan hidup dunia-akhirat; doa dimudahkan segagala urusan; doa kesehahteraan hidup; doa dijauhkan dari segala fitnah, keburukan, musibah, wabah dan lain-lainnya; doa memohon diwafatkan dalam keadaan kusnul khatimah; doa agar taubat dan amal shalihnya diterima; mendokan kedua orang tua dan doa lain-lainnya. Demikianlah uraian tentang malam Lailatul Qadr. Adanya wabah Covid-19 atau Corona yang belum mereda ini jangan sampai menyurutkan semangat kita dalam berburu malam seribu bulan penuh kemuliaan. Semoga Allah swt. senantiasa memberikan hidayahNya kepada kita agar kita bisa menghidupkan malam disepuluh hari terakhir pada Ramadhan ini dengan penuh semangat dan kegigihan sehingga kita bisa menjumpai malam Lailatul Qadr. Aamiin…
* Dr. M. Nurdin Zuhd, S.Th.I., M.S.I adalah dosen Universitas Aisyiyah Yogyakarta. Menyelesaikan pendidikan Sarjana S1 pada Prodi Tafsir-Hadis UIN Sunan Kalijaga lulus 2009. Program Magister (S2) pada Prodi Agama dan Filsafat Konsentrasi Al-Qur’an dan Tafsir lulus 2011. Sedangkan untuk Program Doktor (S3) juga diselesaikan di kampus yang sama pada Prodi Studi Islam lulus 2019.