MUI SultengTausiah

1001 Kemuliaan Ramadhan

Oleh: H. Mohamad Arfan Hakim

1001 merupakan sebutan terhadap sesuatu yang menunjukkan nilai yang banyak. Bahkan ungkapan ini sering digunakan untuk menyebut sesuatu yang jumlahnya tidak terhitung, sesuatu yang banyak – bahkan sangat banyak – sehingga tidak disebut lagi begitu banyak jumlahnya atau begitu banyak nilainya. Mengaitkan penyebutan ini dengan Ramadhan, berati untuk memberi gambaran bahwa kemuliaan Ramdhan sungguh sangat banyak.

Ungkapan ini sepertinya merujuk pada QS. Al-Qadar [97] : 3 “Malam kemuliaan itu, lebih baik daripada seribu bulan”. Pada malam-malan di bulan Ramadhan, terdapat suatu malam yang “niai”nya lebih baik dibandingkan dengan seribu bulan. Dan di dalam surah ini pula, Allah menyebutkan waktu diturunkannya Alquran yang disebut dengan “Lailat al-Qadr”. Pada malam yang penuh kemuliaan itu, malaikat turun ke bumi bersama Ruuh (Jibril) atas izin tuhan mereka (Allah) untuk mengatur segala urusan, dan waktunya sampai terbitnya fajar (QS. Al-Qadar [97]: 4-5)

Kemuliaan Ramadhan sungguh banyak dan meliputi semua aspek kehidupan, utuk kehidupan dunia dan kehidupan akhirat. Tidak hanya untuk kehidupan individu, tetapi juga untuk kehidupan sosial.

Salah satu ibadah yang hanya ada dan wajib dilakukan di bulan Rmadhan serta menjadi bagian dari sendi kesempurnaan ke-Islam-an seseorang adalah ibadah puasa (QS. al-Baqarah [2]:183-184). Apabila seorang muslim tidak bisa melakukannya dengan adanya “masyaqqah”, maka akan diberi solusi dengan cara yang sudah ditentukan dalam fiqhi puasa sehingga seseorang dapat melakukan ibadah puasa Ramdhan sesuai dengan kondisi orang tersebut. Dengan demikian sesungguhnya pelaksanaan ibadah puasa Rmadahan (QS. al-Baqarah [2] : 185) adalah “al-yusr” (kemudahan), bukan “al-‘usr (kesulitan). Oleh karena itu, salah satu kemuliaan yang ada d ibulan Ramdhan adalah adanya pelaksanaan ibadah yang sangat “kondisional” dengan kemudahan yang dapat dilaksanakan berdasarkan fiqhi puasa (QS. al-Baqarah [2]:187).

Jika merujuk pada salah satu hadis Nabi Muhammad SAW, maka ada beberapa golongan yang dirindukan oleh surga untuk menjadi penghuninya. Golongan itu adalah (1) Orang yang membaca al-Qur’an (2) Orang yang menjaga lidah (3) Seseorang yang memberi makan orang yang lapar, dan (4) Orang yang berpuasa di bulan Ramadhan.

Perbuatan dan sikap yang dikemukakan tersebut adalah amaliah yang selalu dilakukan di bulan Ramadhan, sedangkan puasa Ramadhan hanya bisa dilakukan di bulan Ramadhan. Mengisi waktu di bulan Ramadhan dengan memperbanyak membaca Al-Qur’an. Menjaga lidah kita dengan memperbayak zikir kepada Allah. Mengasah jiwa sosial, solidaritas, dan empati kita dengan memberi makan orang yang lapar (termasuk dalam hal ini adalah menyiapkan makanan untuk orang yang akan berbuka puasa). Idealnya amalan-amalan tersbut dapat mengantar kita lebih dekat kepada Allah, sehingga bisa memperoleh rahmat-Nya. Seseorang bisa meraihnya dengan berusaha menempatkan diri pada salah satu dari yang empat, atau dapat meraih semua posisi tersebut dalam waktu yang bersamaan. Meraih salah satunya, atau meraih semuanyan dapat mengantar seseorang untuk memperolah rahmat Alah Dan dengan rahmat tersbut seseorang akan mendapatkan ganjaran surga. Dan ini adalah bagian dari kemuliaan bulan Ramadhan.

Di dalam hadis yang lain, Nabi pernah memberikan gambaran tentang kemuliaan Ramadhan. Nabi menyebut bulan Ramadhan dengan julukan “Sayyid alsyuhur” sama seperti Nab menyeut hari Jumat sebagai “Sayyid alAyyam”. Allah akan memberi balasan bagi seseorang yang berpuasa (di siang hari) dan melaksanakan shalat (di malam hari) dengan pengampunan dan suci dari dosa dan kembali seperti hari di mana seseorang baru dilahirkan oleh ibunya. Oleh karena itu, bulan Ramadhan sebagai “sayyid al-syuhur” menjadi momentum yang sangat tempat untuk melakukan evaluasi diri dan introspeksi diri. Sebagai bulan evaluasi diri membawa seseorang dapat mengetahui “posisi” dirinya dan bagimana keadaannya. Sebagai bulan instrospeksi diri akan mengantarkan seseorang untuk menyadari keberadaannya (sadar posisi) sehingga seseorang akan dapat melakukan langkah-langkah perbaikan dan penyempurnaan dalam hidupnya. Dengan demikian seseorang akan menempatkan dirinya menjadi “suci” dari dosa, dan akan meraih perdikat “muttaqiin” sebagai puncak prestasi yang diraih oleh orang yang berpuasa di bulan Ramadhan. Ini juga salah satu kemuliaan bulan Ramadhan.

Kembali pada QS. Alqadr [97]: 1-5 dapat memberi pemahaman bahwa dalam setiap bulan Ramadhan akan ada satu malam yang penuh dengan kemuliaan yang nilainya lebih baik dari seribu bulan. Setidaknya ada dua model pendekatan dalam memahaminya, yaitu  (1) pendekatan tekstual, yaitu  memahami makna ayat tersebut sesuai dangan lafadznya, dan (2) pendekatan kontekstual yaitu memahami makna ayat tersebut sesuai dengan konteksnya, dengan tidak meninggalkan makna tekstualnya. Sebagai salah satu upaya dalam mamberi gambaran tentang hal ini bisa diamati dalam ilustrasi di bawah ini.

Jika 1000 (seribu) bulan dibagi dengan 12 (dua belas) atau jumlah bulan dalam setahun, berarti seribu bulan memiliki nilai setara dengan lebih dari 83 tahun. Jika umur Nabi Muhammad SAW sampai pada usia 63 tahun yang akan dijadikan dasar untuk menghitung batas umur umat yang menjadi pengikutnya, berarti tidak semua umat pengikut Nabi akan sampai pada usia lebih dar 83 tahun secara kuantitas. Akan tetapi jika dilihat dari sudut pandang kualitas, maka seseorang yang berumur 63 tahun akan meraih kualitas hidup setara dengan 146 tahun (63+83). Hal ini akan lebih besar lagi dalam hitungan matematisnya, jika selama hudup seseorang mendapat rahmat (kesempatan) untuk berjumpa dengan malam yang penuh kemuliaan yang ada di setiap bulan Ramdhan.

Jika seseorang melakukan salah satu bentuk ibadah di malam “lailat al-qadr” misalnya shalat sunnah tahajud, maka kuantisnya hanya sahalat sunnah tahajud satu malam saja. Akan tetapi jika dilihat dari aspek kualitasnya, maka sesunggunya dia telah melakukan sahalat sunah tahajud setara nilai ibadah lebih dari 83 tahun. Dengan demikin, semakin banyak kebaikan yang dilakukan oleh seseorang di malam “lailat al-qadr”, akan semakin banyak kuantitas ibadahnya, dan akan semakin tinggi pula kualitas yang dapat diraihnya.

Kemuliaan Ramadhan, salah satunya karena di dalamnya ada suatu malam menjadi waktu diturunkannya Al-Qur’an, yaitu pada malam “lailat al-qadr”. Dalam keyakinan umat Islam, turunnya wahyu (baca : Al-Qur’an) berakhir bersamaan dengan selesainya tugas Nabi yang ditandai wafatnya Nabi Muhammad SAW sebagai nabi terakhir. Maka peristiwa yang terjadi seperti yang terdapat di dalam QS. Al-Qadr [97]: 1 sudah tidak terjadi lagi di salah satu malam yang ada di bulan Ramdhan setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW. Akan tetapi peristiwa itu sudah menjadi salah satu peristiwa yang menujukkan kemuliaan bulan Ramadhan.

Peristiwa turunnya malaikat dan “al-Ruh” (malaikat Jibril) yang mendapatkan izin Allah pada salah satu malam di setiap bulan Ramadhan, menjadi kemuliaan yang lain. Oleh karena itu ayat ini memberi penguatan akan salah satu aspek lain yang menempatkan bulan Ramdhan menjadi bulan yang penuh dengan kemuliaan. Persiapan untuk berjumpa dan berada pada malam yang mulia tersebut mesti dilakukan dengan selau membiasakan diri melakukan kebaikan sepanjang hidup, tidak hanya setelah masuk di bulan Ramadhan.

Kemuliaan Ramadhan, yang salah satunya adalah adanya malam “lailat al-qadr” tidak hanya terlihat dari ukuran waktu yang lebih dari 1000 (saribu) bulan. Tetapi kemuliaan bulan Ramadhan dengan ukuran kata “khair” sebagai kata sifat yang menunjukkan bahwa kemuliaan tersebut pada aspek kualitas.

Meraih 1001 kemulian yang disediakan Allah di dalam bulan Ramadhan yang menjadi cita-cita setiap muslim yang berada di bulan tersebut tidaklah mudah, Tetapi meninggalan seluruhnya juga merupakan hal yang tidak terpuji. Merujuk pada kaidah Ushul   ما لا يدرك كله لا يترك كله . Jika tidak bisa meraih semuanya, maka jangan tinggalkan semuanya .

Akhirnya, dengan menelusuri dan berusaha mengetahui apa keutamaan yang terdapat dalam bulan Ramadhan adalah sikap yang mulia, tetapi juga menjadi sesuatu yang penting adalah apa yang dapat dilakukan sehingga kemulian Ramadhan bisa diraih oleh setiap muslim yang melakukan ibadah di bulan ini. Dan yang lebih penting lagi adalah adalah upaya melestarikan nilai-nilai kemuliaan Ramadhan yang telah diraih dalam kehidupan sehari-hari sampai datang bulan Ramadhan tahun berikutnya.

Wallahu A’lam Bissawab.

Berita Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker